Sepi
ketika malam menjadi tempat bersandar dari sela kehidupan. Sisi kelam dari rasa
yang tak pernah dapat dimengerti dan di pahami kehadirannya. Meski tak selamanya
ini akan terjadi namun begitu berat untuk di lewatkan, satu-persatu harapan itu
pergi seakan menjauh dari dekapan ini, apa yang aku tunggu hingga tak mampu
merasakan hadirnya sosok lain dari kehidupan ini. Sesuatu yang tak pernah ku
ketahui dan akan menjadi misteri sampai waktu menjawabnya dengan takdir hidupku.
Kamu
adalah seseorang yang ku cintai hatimu, tutur kata dan pesonamu nampak sempurna
di mataku walaupun tak ada kehadiran sempurna di dunia ini. Tetapi kamu mampu
mengisi ratapanku akan hidupan ini. Jalanku untuk menantimu, jalan yang tak
pernah ku lalui terjal dan seperti tak berujung. Sulit untuk aku ungkap, tak
ada yang mampu mengerti, hanya waktu yang mejawabnya nanti.
Sungguh
berat hari demi hari kulalui untuk menunggu dan menjalani, se-mentara kamu
seakan tak lagi melihatku kembali. Hatimu tertutup rapat, tak ada kata yang
kamu dengar dari apa yang aku ucapkan. Salahku seakan telah mengguyur hatinya
dengan kebutaan. Apakah dia yakin sebesar itu kesalahanku, sementara dia yang
merasa tak bersalah semudah itu untuk melupakan. Dan dia telah membakar habis
apa yang pernah dilalui. Meskipun dia hanguskan perasaanku dengan kebenciannya,
namun hatiku tak pernah usang untuk mengenangnya dan mencintainya walaupun kau
tak akan menjadi milikku.
Dia
anggap cintaku berlebihan, namun telah menjadi hakikat berusaha sampai kita
benar-benar tak bisa, apakah aku tak laya menantimu kembali.. apa aku tak
pantas mengharapmu, sehina itukah aku dihadapanmu. Kobaran apa yang telah
menghauskan hatimu, embun hati apa yang telah membutakan perasanmu.
Kekasih aku tak mampu mengartikan hidup tanpa hadirmu. Aku tak mampu melihat lebih dalam tanpa sejalan denganmu. Jemari tanganku tak lagi mampu menggoreskan lantunan seperti saat kau milikku. Hanya barisan kata ini saksi perasanku padamu.
Kekasih aku tak mampu mengartikan hidup tanpa hadirmu. Aku tak mampu melihat lebih dalam tanpa sejalan denganmu. Jemari tanganku tak lagi mampu menggoreskan lantunan seperti saat kau milikku. Hanya barisan kata ini saksi perasanku padamu.
Adakah kau di sana mengerti sebuah penantian. Atau kau tak lagi mampu mengartikan sebuah penantian. Jika kau tak lagi bisa di harapkan taukah kau cara untuk ku melupakanmu. Jika memang benar kuburlah perasanku dengan segenap hatiku…

Tidak ada komentar:
Posting Komentar